Bocah 15 Tahun Bunuh Diri setelah Sering Dipukuli Sang Ayah, Ini Pesan Terakhir yang Ditulisnya!

loading...

 Bocah 15 tahun asal Provinsi Yunnan, Tiongkok, meninggalkan surat terakhir yang menyedihkan sebelum bunuh diri pada malam tahun baru Imlek.
Mengutip dari nextshark.com, bocah tersebut merupakan satu dari 61 juta anak yang “tertinggal” di Tiongkok.
Anak-anak tertinggal tersebut terpaksa tinggal bersama nenek atau keluarganya yang lain sementara kedua orangtuanya bekerja di luar daerah ataupun sudah meninggal.
Menurut Chuncheng Evening Post (via South China Morning Post), bocah yang belum teridentifikasi itu membunuh dirinya sendiri dengan meminum cairan pestisida.
Ia sebelumnya sering diperlakukan kasar oleh ayahnya, yang hanya pulang saat libur akhir tahun.
Sayangnya, kepulangan ayahnya tidak membahagiakan sang bocah.
Dalam surat yang ditulisnya, bocah tersebut menjelaskan penderitaan yang harus ia tahan setiap kali ayahnya yang temperamen pulang ke rumah.
Ia menuliskan, “Setiap tahun baru Imlek, aku disalahkan dan diteriaki. Ayah.. Ketika aku mati, kau pasti akan bahagia karena ayah tak terganggu olehku lagi.”

Pesan terakhir sebelum bunuh diri | nextshark.com 
“Aku tidak ingin menambah susah Ayah dan Ibu lagi,” tulis bocah 15 tahun itu.
Tetangga sang bocah mengklaim bahwa ayah bocah itu bekerja di Kunming, dengan perjalanan delapan jam ke rumah.
Sang ayah juga kesulitan uang.
Tetangga mengungkapkan bahwa ayahnya menyalahkan anaknya atas frustasi yang ia alami.
“Selama tahun baru, baik tahun ini maupun tahun kemarin, aku tidak pernah memiliki hari yang baik.
Tahun lalu, ayahku memukulku dan berteriak padaku karena hal-hal yang sepele.
Karena itu, aku menghabiskan seluruh tahunku dnegan menangis.”
Nahas! Bocah SD Ini Tewas Bunuh Diri Usai Beradu Argumen dengan Sang Ibu!
Anak merupakan titipin yang paling berharga.
Ada banyak pasangan yang mendambakan kehadiran buah hati dalam pernikahan.
Tapi ada pula orang tua yang kurang berhasil dalam mendidik dan merawat anak mereka.
Anak-anak tergolong sensitif terhadap lingkungan, bagaimana cara orang tua berbicara kepadanya terkadang mempengaruhi perilakunya.
Dan sepertinya kasus berikut ini dapat mengajarkan para ibu, untuk lebih berhati-hati dalam bertutur kata kepada anak mereka.
Seorang anak SD dilaporkan tewas usai bunuh diri setelah beradu argumen dengan sang ibu.
Dilansir dari laman Allkpop, menurut departemen kepolisian di Yongin, pada 31 Januari, seorang anak berusia 11 tahun ditemukan tak sadarkan diri di kebun bunga sebuah kompleks apartemen di Yongin, Seoul, Korea Selatan.
Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit, namun sayang nyawanya tak tertolong.
Seorang saksi mengatakan, “Saya mendengar bunyi yang keras jadi saya pergi ke depan dengan petugas keamanan dan menemukan anak itu berbaring di sana.”
Hal lain terungkap yang menyebutkan bahwa anak itu melompat dari balkon kamar belajarnya yang terletak di bagian atas gedung di lantai 10.
Tidak ada catatan bunuh diri yang ditemukan.
Polisi menyatakan bahwa anak itu bertengkar dengan ibunya tentang nilai sekolahnya.
Sang Ibu kemudian meninggalkan ruangan setelah mengatakan kepada anaknya untuk “memikirkan tentang hal itu.”
Akhirnya anak itu pun mengambil tindakan tak lama setelah itu, dengan melompat bunuh diri.
Sementara itu, polisi sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai kasus ini.
Sebelumnya, kasus serupa pernah terjadi di Singapura.
Alasannya juga hampir serupa, yakni karena masalah nilai pelajaran yang kurang.
Semoga ini menjadi pelajaran agar tidak terlalu menekan anak untuk masalah pendidikan.
loading...
loading...

Không có nhận xét nào

Tìm kiếm Blog này

NHẬN XÉT MỚI

loading...
Được tạo bởi Blogger.