Baru Sehari Tulisan Soal Zoya yang Dibakar Sudah Dibagikan Jutaan Kali

loading...


Beberapa waktu masyarakat dikejutkan dengan adanya pembakaran seorang pria.
Tepatnya, peristiwa itu terjadi di Musala Al Hidaya, Babelan, Bekasi, Jawa Barat.
Pembakaran itu terjadi pada seorang pria bernama M Alzahra atau Zoya (30).
Zoya dibakar hidup-hidup hingga tewas karena dituduh telah mencuri sebuah amplifier di musala tersebut.
Padahal, berdasarkan pengakuan sang istri, Siti Zubaedah, saat itu suaminya berada di musala itu hanya untuk mampir salat Ashar.
Mengenai amplifier yang dibawanya, adalah amplifier yang telah diservisnya.
Sebab, Zoya memang merupakan seorang tukang servis
Karena takut hilang saat salat, amplifier itu kemudian dimasukkan ke dalam musala.
Begitu selesai salat, amplifier itu diangkutnya di atas motor miliknya.
Namun, sejumlah orang yang menyaksikan hal itu kemudian menuduhnya dan meneriakinya maling.
Saat itu, Zoya sama sekali tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya telah dilakukannya kepada massa yang telah marah itu.
Mereka kemudian menghajarnya, dan membakarnya hidup-hidup hingga tewas.
Sejumlah simpati pun mengalir kepada Zoya dan keluarganya.
Bahkan, ada seorang netizen yang menyampaikan rasa simpatinya itu melalui sebuah tulisan.
Tulisan itu dibuat oleh akun Facebook Eko Kuntadhi, Minggu (6/8/2017), sekitar pukul 02.43 WIB.
Tulisan berjudul ‘Ketika Zoya Dipanggang Sampai Mati’ itu kemudian menjadi viral.
Sebab, hanya dalam waktu sekitar sehari, tulisan itu telah dibagikan lebih dari satu juta kali.
Berikut ini adalah tulisannya.
“KETIKA ZOYA DIPANGGANG SAMPAI MATI
Nama saya Muhamad Aljahra. Orang memanggil saya Zoya.
Saya cuma orang biasa. Sehari-hari pekerjaan saya mereparasi barang elektronik.
Kadang mencari TV rongsokan untuk diutak atik.
Atau radio bekas. Atau amplifier. Kalau sudah bagus bari dijual.
Alhamdulillah, Allah memberi saya kemampuan itu. Sebab dengan kemampuan itulah saya menafkahi anak istri saya.
Anak saya satu, masih lima tahun. Istri saya, Siti Slzubaidah sedang hamil enam bulan. Rupanya Allah ingin menitipkan lagi amanahnya kepada saya.
Makanya saya harus bekerja lebih keras agar bisa menjaga amanah itu.
Hari itu, selepas subuh saya berangkat dari rumah.
Perempuan sederhana dan polos mengantar saya sampai ke depan pintu. Seperti biasa, dia melepas saya dengan mencium tangan.
Mungkin juga dengan sebait doa semoga ada rezeki halal yang bisa kubawa pulang.
Allah memang Maha Baik.
Saya mendapatkan amplifier bekas untuk direparasi.
Terbayang upah Rp 50 ribu atau seratus ribu.
Lumayan buat beli beras dan lauk.
Juga uang jajan bocah.
Kamu tahu kan, anak lima tahun biasanya lagi doyan jajan.
Sore itu, saya hendak pulang. Tapi adzan ashar memanggil.
Saya ingin berterimakasih kepada Allah yang selalu memperhatikan keperluan hambaNya.
Di sebuah musholla kecil saya mampir, sholat dan merapalkan doa.
Sebelum masuk musholla saya menurunkan amplifier rongsok dari motor.
Bukan karena saya tidak bertawakal kepada Allah, dengan membiarkan barang itu teronggok di atas motor.
Tapi karena saya yakin, tawakal juga butuh ikhtiar. Makanya amplifier itu saya bawa ke dalam mushola.
Justru itulah awal penderitaanku. Seseorang menuduhku mencuri amplifier milik mushola. Tanpa babibu mereka ramai-ramai meneriakkan : maling!
Aku sontak kaget.
Siapa yang bisa menjelaskan pada masa yang marah? Aku berlari menghindar tapi mereka memburuku seperti mengejar seekor babi.
Aku berlari semakin cepat tapi massa juga bertambah banyak. Kakiku terjerembab.
Dan kemudian mahluk-mahkuk beringas itu menimpakan aku dengan apa saja yang ada di genggamannya. Sebongkah batu ditimpakan ke wajahku. Tulang hidungku patah.
Lalu ada balok melayang mengerkah tenggkorak kepalaku. saat itu yang bisa aku bisikkan hanya nama Allah, yang beberapa menit lalu baru kusebut dalam sholat asharku.
Saat balok itu memecah tulang tenggkorakku, aku hanya membayangkan istriku yang sedang mengandung anak keduaku.
Aku membayangkan wajah bocah kecil anakku yang tidak bisa menangis jika melihat bapaknya diperlakukan seperti tikus got.
Tubuhku terkapar di selokan.
Darah merembes membasahi tanah.
Darah dari seorang lelaki yang sedang mencari nafkah untuk kekuarganya.
Lalu seorang menyiramkan bensin ke tubuhku. Orang lainnya menjentikan api. Dan mereka menyaksikan tontotan sebuah tubuh yang menggelinjang karena dipanggang.
Mereka mungkin puas melampiaskan kemarahannya padaku.
Setelah itu mereka pulang dan menyaksikan wajahnya sendiri yang telah berubah menjadi iblis. Mungkin saja iblis sendiri ngeri melihat ada manusia lebih biadab dari dirinya.
####
Tuhan, tahukah Engkau, semalam amplifier yang ada di rumahmu mau dicolong orang. Untung ketahuan.
Dia meronta dan kabur. Kami mengejarkanya seperti memburu tikus got.
Dia sih, mengaku bukan pencuri. Tapi buat apa kami dengar omongannya. Bagi kami, amplifier-Mu lebih berharga dari pengakuan siapapun.
Apalagi pengakuan dari lelaki yang tidak kami kenal yang saat Ashar mampir ke Musholla.
Musholla ini memang bisa disinggahi siapa saja. Ini adalah tempat bersujud manusia kepada-Mu. Tapi disini ada barang seharga Rp 250 ribu, yang biasa kami gunakan untuk memanggil-manggil namaMu.
Jika benda itu dicuri, lantas bagaimana kami akan memanggil-Mu?
Engkau yang sudah biasa diseru dengan speaker berauara pekak, apakah akan maklum jika disebut dalam kesayhduan yang sunyi? Jikapun Engkau memaklumi, kaminya yang janggal.
Mana mungkin nama besarMu tidak diagung-agungkan dengan teriakan lantang.
Maka dari itu, Tuhan, kami akan mencurigai siapapun yang mendekati musholla. Jika kecurigaan kami memuncak, kami akan buru dia seperti hewan.
Ya, Tuhan kami, kami tahu Engkau tidak mampu menjaga amplifier milik-Mu sendiri. Lantas kalau bukan kami yang menjaganya, siapa lagi?
Tuhan kami, yang Maha Perkasa, ijinkan kami jadi algojomu demi menjaga isi rumahMu.
Ijinkan kami mencurigai orang yang kekuar dari mushola membawa amplifier. Akhirnya orang itu kami gebuki ramai-ramai.
Seseorang dari kami menyiramnya dengan bensin. Lalu menjentikkan korek api ke tubuhnya. Dia kelojotan dan mati. Tapi api yang kami sulutkan ke tubuhnya, tidak sepanas api nerakamu, bukan?
Mungkin begitulah nasibnya. Itu semua kami lakukan karena kami hanya hendak menjaga kepunyaanMu.
Ketika kami tahu ternyata dia bukan pencuri bagaimanakah kami bisa mengobati hati yang tiba-tiba terluka dalam penyesalan. Bagaimanakah kami bisa menghapus bayangan seorang lelaki yang tubuhnya menggelepar dilalap api.
###
Nama saya Alif, usia 5 tahun. Bapak saya mati dibakar orang sehabis sholat ashar. Dan masa depan saya juga ikut terbakar. Dan orang-orang masih bisa tertidur nyenyak setelah menyaksikan tubuh bapak saya menggelinjang dalam kobaran api dari layar ponselnya.
###
Nama kita entah siapa. Yang kita tahu betapa mengerikan hidup di tengah mahluk-mahluk buas ini.”
Tulisan itu kemudian mendapatkan komentar dari netizen.
@Dina Wadito,”Duuh sampe nangis bacanya…,”
@Kuro Chan,”Beneran kayak gini masih terjadi di Indonesia???”
@Yuliana Ernavita,”Mereka yg telah membunuh Zoya, akan dibayangi ketakutan dan penyesalan seumur hidup. Dan kelak matipun mereka hrs mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jangan sampai terulang kembali.”
baru-sehari-tulisan-soal-zoya-yang-dibakar-sudah-dibagikan-jutaan-kali-netter-sampai-gak-percaya-halaman-4-tribunjatim-com
loading...
loading...

Không có nhận xét nào

Tìm kiếm Blog này

NHẬN XÉT MỚI

loading...
Được tạo bởi Blogger.